Kejurnas Bridge Indonesia

Blog ini akan berisi berbagai informasi tentang pelaksanaan Kejurnas Bridge dari tahun ke tahun sejak tahun 2008.

Sabtu, 05 Juli 2008

Denny Sacul/Conny Sumampouw Juara Mixed Pair PON XVII

Denny Sacul/Conny Sumampouw yang hampir tidak pernah menduduki tempat teratas malah akhirnya berhasil menjadi Juara Mixed Pair PON XVII. Nasib tragis dialami pasangan DKI lainnya, Lusje Bojoh/Robert Tobing. Kedua pemain yang memimpin ditempat pertama selama 15 session dan diperkirakan akan sulit tergeser malah tidak mendapatkan medali. Peringkat kedua diraih Fera Damayanti/Santje Panelewen dari Jateng. Ditempat ketiga muncul pasangan Kalbar, SYF NURHASFIANI - ZEND HERMOND.

Jumat, 04 Juli 2008

SIAPA YANG MERAIH MEDALI EMAS PON XVII?

SIAPA YANG MERAIH MEDALI EMAS PON XVII?

Oleh : Bert Toar Polii

Membuat analisa tentang siapa calon pemenang suatu event akbar bak pedang bermata dua, menjadi bahan tertawaan karena meleset terlalu jauh atau mendapat pujian karena analisa yang akurat.

Penulis memilih menuliskan analisa atas pertarungan yang bakal terjadi di PON XVII dengan segala resikonya.

Selama ini, arena PON XVII terutama di bagian putra menjadi ajang pertarungan menentukan siapa yang terbaik antara Sulut atau DKI Jakarta. Kedua daerah ini secara bergantian menjuarai arena kecuali pada saat pertama kali olahraga bridge dipertandingkan di PON tahun 1969 dimana tuan rumah Jatim keluar sebagai juara dan saat dipertandingkan lagi tahun 1996 dimana Kalimantan Timur keluar sebagai juara. Cabang olahraga bridge dipertandingan sampai tahun 1985 kemudian baru dipertandingkan lagi pada PON XIV tahun 1996. Selama 8 kali dipertandingkan skor DKI versus Sulut draw 3-3. DKI Jakarta menang tahun 1977, 1985 dan 2000 sedangkan Sulut menang 1973,1981 dan 2004. Pada arena lain, Kejurnas Antar Provinsi, DKI Jakarta unggul jauh. Kejurnas Antar Provinsi yang diselenggarakan sejak tahun 1995 telah diraih DKI Jakarta sebanyak 5 kali sedangkan Sulut dan Jabar masing-masing sekali.

Melihat data diatas, rasanya Sulut vs DKI Jakarta di final masih besar kemungkinan untuk terjadi. Kalau ini terjadi berarti ulangan final 4 tahun yang lalu. Di kubu DKI Jakarta ada dua pemain baru, Munawar Sawiruddin dan Memed Hendrawan yang menggantikan Ferdy Waluyan dan Noldy George. Hal yang berbeda terjadi di kubu juara bertahan Sulut, dua pemain baru masuk Jeffery Moningkey dan Janny Fehr yang menggantikan pasangan andalan Sulut sebelumnya Santje Panelewen/Franky Karwur yang kini hijrah ke Jateng. Perbedaan hanya pada komposisi pemain, dua pemain Sulut yang masuk adalah satu pasangan dan yang diganti juga satu pasangan. Berbeda dengan penggantian di DKI Jakarta, Denny Sacul sebelumnya berpasangan dengan Noldy George sedangkan Bert Toar Polii berpasangan dengan FR Waluyan sekarang Denny berpasangan dengan Munawar Sawiruddin sedangkan Bert Toar Polii dengan Memed Hendrawan.

Namun demikian kedua regu harus bekerja keras mengatasi perlawanan dari Jateng yang pada akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Regu lain yang perlu diwaspadai, Jabar, Banten dan Sulsel. Tanpa mengecilkan arti kekuatan regu-regu lainnya.

Sendainya terjadi final klasik DKI Jakarta versus Sulut kira-kira siapa yang keluar sebagai pemenang? Sulit untuk memprediksi karena pertarungan final kedua tim ini bukan saja menjadi pertarungan teknik tapi juga merupakan pertarungan kesiapan mental.

Dari segi tehnis seharusnya DKI Jakarta lebih unggul dari Sulut karena DKI Jakarta dihuni pemain-pemain yang sarat pengalaman seperti, Denny Sacul, Munawar Sawiruddin, Taufik G Asbi, Robert Tobing, Memed Hendrawan dan Bert Toar Polii sementara itu Sulut hanya bertumpu pada Henky Lasut dan Eddy Manoppo dan pasangan Tommy Rogi/Octa Wohon yang telah berpengalaman berpasangan belasan tahun tapi belum pernah terpilih masuk tim nasional. Satu pasangan lagi merupakan pasangan baru Jeffry Moningkey dan .Janny Fehr. Kekuatan Sulut yang sulit ditandingi apalagi ketika membawa bendera Provinsi adalah semangat untuk menang. Adu strategi dan peran Kapten Tidak Bermain dalam menentukan strategi bermain serta siapa pemain yang akan diturunkan sangat menentukan. Peluang DKI 55-45 dibanding Sulut menurut penulis.

Dibagian putri lebih ramai lagi. DKI Jakarta yang belum pernah kehilangan gelar juara PON akan mendapat tantangan serius dari Jateng juara PRA PON XVII. Belum lagi ada kuda hitam Jabar. Namun menurut penulis, hamper pasti DKI versus Jateng yang akan meluncur ke babak final. Kedua tim ini dihuni pemain-pemain putrid terbaik Indonesia saat ini. DKI diperkuat 2 pasangan langganan tim nasional, Lusje/Joice dan Conny/Irne dan Elita/Winda sedangkan Jateng diperkuat juga oleh pasangan Fera Damayanti/Riantini dan Suci Amita Dewi/Kristina Wahyu yang juga malang melintang di tim nasional. Satu pasangan lagi Fransisca Aryani/Rury Andhani yang sudah memperkuat tim nasional junior. Menurut penulis peluang kedua tim berimbang namun DKI diatas kertas lebih diunggulakan karena mereka menang pengalaman.

Untuk nomor beregu dan pasangan campuran, penulis menjagokan DKI yang akan meraih medali emas. Prestasi ketiga pasangan yang memperkuat DKI pada Kejurnas kemarin cukup mengesankan juara 1, 2 dan 4. Selain itu pengalaman mereka yang telah berpasangan lebih dari 4 tahun rasanya sulit ditandingi. Para pemain DKI, Lusje Bojoh/Robert Tobing, Joice Mandolang/Taufik Asbi dan Conny Sumampouw/Denny Sacul adalah juara bertahan.Tapi peluang daerah lain untuk menggeser DKI bukan tidak ada, terutama dalam kejuaraan pasangan yang sulit di prediksi.

Untuk nomor pasangan putra dan putri, saya tidak berani meramal walaupun menjagokan pasangan Henky Lasut/Eddy Manoppo dan juara bertahan Taufik Asbi/Robert Tobing yang akan bersaing meraih juara pasangan putra.

Artikel ini dimuat juga di Buletin Harian PON XVII nomor 2

Lusje/Robert pimpin Mixed Pair PON XVII

Sampai dengan session 15 dari rencana 21 session, Lusje Bojoh/Robert Tobing sementara memimpin.

6 Session terakhir skor tidak diumumkan.

Setiap pasangan akan saling berhadapan memainkan 4 papan kecuali tidak bermain lawan pasangan dari satu daerah.

Hasil selengkapnya:

1 DKI LUSYE - ROBERT 1 60.75% 680.

2 DKI JOICE - TAUFIK ASBI 13 49.82% 558.0

3 DKI CONNY - DENNY S 2 56.79% 636.0

4 BANTEN BYE -

5 BANTEN SALVINA ROSI - M PRANANTA BUDI 14 49.42% 593.0

6 BANTEN MIRA ANGGARAENI - BELLY RUMENGAN 6 52.38%

7 JATENG SUCI AMITA DEWI - S SUPENO 18 46.95% 563.4

8 JATENG KRISTINA WAHYU - A SUBROTO 15 48.63% 583.6 0

9 JATENG FERA DAMAYANTI - SANTJE P 4 56.32% 675.8

10 KALTIM PRIMASARI SAP - HERMANTO J 10 51.29% 574.4

11 KALTIM FRANCIS RORING - EDITHA LEMBONG 23 40.14% 449.6

12 KALTIM JESSICA ZAT - YUSFIQ RAFIQI 22 41.89% 469.2

13 KALBAR FATMAWATI - BUDI ENOCH 19 46.20% 554.4

14 KALBAR TENNY HERIANI - VEDY SURYADI 11 50.97% 611.6

15 KALBAR SYF NURHASFIANI - ZEND HERMOND 5 53.95% 647.4

16 SUMBAR ROZA AFRILLA - RUDY ANWAR 1 2 50.52% 561.8

17 SUMBAR DETIA DELIMAS - MUHARAR 17 48.00% 537.6

18 SUMBAR FAJRIYETI - BAMBANG W U 4 54.59% 611.4

19 SULUT ELVITA LASUT - HENKY LASUT 14 49.77% 557.4

20 SULUT MARESKA ANGKOUW - TOMMY ROGI 21 44.57% 499.2

21 SULUT LANNY LIEM - OCTAVIANUS WOHON 20 45.50% 509.6

22 JABAR FIRLY DAMAYANTI - PAULUS S 9 51.55% 577.4

23 JABAR SETIATIN - PRIATNA 16 48.54% 543.6

24 JABAR HAYATI - VERY P 8 51.84% 580.6

Selasa, 01 Juli 2008

SIAPA YANG MERAIH MEDALI EMAS PON XVII?

SIAPA YANG MERAIH MEDALI EMAS PON XVII?

Oleh : Bert Toar Polii

Membuat analisa tentang siapa calon pemenang suatu event akbar bak pedang bermata dua, menjadi bahan tertawaan karena meleset terlalu jauh atau mendapat pujian karena analisa yang akurat.

Penulis memilih menuliskan analisa atas pertarungan yang bakal terjadi di PON XVII dengan segala resikonya.

Selama ini, arena PON XVII terutama di bagian putra menjadi ajang pertarungan menentukan siapa yang terbaik antara Sulut atau DKI Jakarta. Kedua daerah ini secara bergantian menjuarai arena kecuali pada saat pertama kali olahraga bridge dipertandingkan di PON tahun 1969 dimana tuan rumah Jatim keluar sebagai juara dan saat dipertandingkan lagi tahun 1996 dimana Kalimantan Timur keluar sebagai juara. Cabang olahraga bridge dipertandingan sampai tahun 1985 kemudian baru dipertandingkan lagi pada PON XIV tahun 1996. Selama 8 kali dipertandingkan skor DKI versus Sulut draw 3-3. DKI Jakarta menang tahun 1977, 1985 dan 2000 sedangkan Sulut menang 1973,1981 dan 2004. Pada arena lain, Kejurnas Antar Provinsi, DKI Jakarta unggul jauh. Kejurnas Antar Provinsi yang diselenggarakan sejak tahun 1995 telah diraih DKI Jakarta sebanyak 5 kali sedangkan Sulut dan Jabar masing-masing sekali.

Melihat data diatas, rasanya Sulut vs DKI Jakarta di final masih besar kemungkinan untuk terjadi. Kalau ini terjadi berarti ulangan final 4 tahun yang lalu. Di kubu DKI Jakarta ada dua pemain baru, Munawar Sawiruddin dan Memed Hendrawan yang menggantikan Ferdy Waluyan dan Noldy George. Hal yang berbeda terjadi di kubu juara bertahan Sulut, dua pemain baru masuk Jeffery Moningkey dan Janny Fehr yang menggantikan pasangan andalan Sulut sebelumnya Santje Panelewen/Franky Karwur yang kini hijrah ke Jateng. Perbedaan hanya pada komposisi pemain, dua pemain Sulut yang masuk adalah satu pasangan dan yang diganti juga satu pasangan. Berbeda dengan penggantian di DKI Jakarta, Denny Sacul sebelumnya berpasangan dengan Noldy George sedangkan Bert Toar Polii berpasangan dengan FR Waluyan sekarang Denny berpasangan dengan Munawar Sawiruddin sedangkan Bert Toar Polii dengan Memed Hendrawan.

Namun demikian kedua regu harus bekerja keras mengatasi perlawanan dari Jateng yang pada akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Regu lain yang perlu diwaspadai, Jabar, Banten dan Sulsel. Tanpa mengecilkan arti kekuatan regu-regu lainnya.

Sendainya terjadi final klasik DKI Jakarta versus Sulut kira-kira siapa yang keluar sebagai pemenang? Sulit untuk memprediksi karena pertarungan final kedua tim ini bukan saja menjadi pertarungan teknik tapi juga merupakan pertarungan kesiapan mental.

Dari segi tehnis seharusnya DKI Jakarta lebih unggul dari Sulut karena DKI Jakarta dihuni pemain-pemain yang sarat pengalaman seperti, Denny Sacul, Munawar Sawiruddin, Taufik G Asbi, Robert Tobing, Memed Hendrawan dan Bert Toar Polii sementara itu Sulut hanya bertumpu pada Henky Lasut dan Eddy Manoppo dan pasangan Tommy Rogi/Octa Wohon yang telah berpengalaman berpasangan belasan tahun tapi belum pernah terpilih masuk tim nasional. Satu pasangan lagi merupakan pasangan baru Jeffry Moningkey dan .Janny Fehr. Kekuatan Sulut yang sulit ditandingi apalagi ketika membawa bendera Provinsi adalah semangat untuk menang. Adu strategi dan peran Kapten Tidak Bermain dalam menentukan strategi bermain serta siapa pemain yang akan diturunkan sangat menentukan. Peluang DKI 55-45 dibanding Sulut menurut penulis.

Dibagian putri lebih ramai lagi. DKI Jakarta yang belum pernah kehilangan gelar juara PON akan mendapat tantangan serius dari Jateng juara PRA PON XVII. Belum lagi ada kuda hitam Jabar. Namun menurut penulis, hamper pasti DKI versus Jateng yang akan meluncur ke babak final. Kedua tim ini dihuni pemain-pemain putrid terbaik Indonesia saat ini. DKI diperkuat 2 pasangan langganan tim nasional, Lusje/Joice dan Conny/Irne dan Elita/Winda sedangkan Jateng diperkuat juga oleh pasangan Fera Damayanti/Riantini dan Suci Amita Dewi/Kristina Wahyu yang juga malang melintang di tim nasional. Satu pasangan lagi Fransisca Aryani/Rury Andhani yang sudah memperkuat tim nasional junior. Menurut penulis peluang kedua tim berimbang namun DKI diatas kertas lebih diunggulakan karena mereka menang pengalaman.

Untuk nomor beregu dan pasangan campuran, penulis menjagokan DKI yang akan meraih medali emas. Prestasi ketiga pasangan yang memperkuat DKI pada Kejurnas kemarin cukup mengesankan juara 1, 2 dan 4. Selain itu pengalaman mereka yang telah berpasangan lebih dari 4 tahun rasanya sulit ditandingi. Para pemain DKI, Lusje Bojoh/Robert Tobing, Joice Mandolang/Taufik Asbi dan Conny Sumampouw adalah juara bertahan.Tapi peluang daerah lain untuk menggeser DKI bukan tidak ada, terutama dalam kejuaraan pasangan yang sulit di prediksi.

Untuk nomor pasangan putra dan putri, saya tidak berani meramal walaupun menjagokan pasangan Henky Lasut/Eddy Manoppo dan juara bertahan Taufik Asbi/Robert Tobing yang akan bersaing meraih juara pasangan putra.